proyek - proyek tempat saya bekerja selalu ada teman yang saya kenal sebelumnya dan lebih dulu bekerja di proyek tersebut, diantara mereka ada yang satu almamater atau kenal dari teman.
hingga saat ini tempat baru saya bekerja masih tetap banyak kenalan, bahkan ada tetangga yang bekerja ditempat yang sama, bukan karna ini adalah proyek desa yang bersifat gotong royong atau proyek milik pribadi saya sehingga orang - orang yang bekerja sudah lebih dulu saya kenal. yah ini karna faktor "Orang Dalam" yang selalu memberi peran sebagai tangan tangan malaikat kepada saya agar dapat bekerja di proyek tersebut, atas dasar kenal karna satu almamater, keluarga atau teman sekampung.
Hal ini tidak hanya terjadi pada saya saja, ternyata disetiap tempat saya bekerja, banyak orang yang bekerja masuk bukan karna murni mengikuti tes penerimaan karyawan, melainkan faktor "Orang Dalam" yang membantu agar dapat diterima bekerja. Mungkin ini yang dinamakan Silaturahmi Penyambung Rezeki, karna jika menjaga pertemanan dengan banyak orang sehingga menjadi relasi sehingga sangat mudah mendapatkan informasi pekerjaan bahkan digiring hingga benar benar diterima bekerja.
Terkadang saya mendapati teman kerja yang menurut subjektif saya sangat tidak kompeten dalam bekerja dibidangnya, dalam hati saya bertanya "Kog bisayah orang ini dapat bergabung bekerja ?" lagi - lagi faktor "Orang Dalam" lagi yang menjadi tangan - tangan malaikat mengambil peran, bukankah hal ini akan memberikan effect negatif keperusahaan atas kinerja yang tidak maksimal, atau bahkan membebankan orang lain dengan pekerjaan yang lebih banyak untuk back up orang tersebut, sehingga terjadi kesenjangan antar karyawan, bahkan bisa saja memberikan dampak besar keperusahaan sehingga targetan - targetan yang direncanakan gagal terwujudkan.
Tidak jarang pula organisasi Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) mengambil peran untuk memasukan karyawan bekerja tanpa melalui tes penerimaan karyawan, bahkan dengan gaya premanisme dapat memastikan masuk untuk bekerja, dalam hal ini lagi - lagi perusahaan mengambil kebijakan agar diterima bekerja yang sesuai kapasitasnya.
Setiap prosesi penerimaan lowongan karyawan, tidak sedikit orang yang mengirim lamaran dengan kapasitas yang memadai dan jenjang pendidikan sarjana, yang seharusnya sangat berkompeten untuk dapat bekerja sesuai syaratnya, hanya saja selalu kalah dengan Praktek "Orang Dalam" atau LSM yang bermain peran untuk menyingkirkan orang - orang memiliki kemampuan. Dengan dalih "cari pengalaman dulu" maka menjadi pembenaran untuk selalu melancarkan program "Orang Dalam".
Selama ini yang terjadi praktek "Orang Dalam" menjadi budaya baru yang lumrah untuk dilakukan dimanapun ada tempat bekerja, bahkan pekerjaan sebagai pengambil sampah rumah tangga dipemukiman harus melalui orang dalam untuk dapat bergabung bekerja.
Untuk itu perlu kita sadari semua atas praktek "Orang Dalam" dimanapun pekerjaan berada, penerimaan karyawan harus dilaksanakan secara demokratis, tidak adalagi nepotisme dan kolusi terjadi, bukankan orang cerdas dengan segudang pendidikan dan pengalaman juga ingin bersaing satu sama lain. hanya saja terputus harapan karna praktek orang dalam, bahkan yang dibantu masuk pun tidak berkompeten untuk bekerja. Mereka - mereka yang mengikuti prosedur penerimaan karyawan hanya mengharapkan keadilan.
Comments
Post a Comment