(Sepulang meladang pak tani pulang ke rumahnya, tetapi rumahnya tampak terkunci karena Istrinya keluar. Dan pak tani menunggu di latar rumah dengan bersabar menunggu istrinya pulang.)
Petani : Tokk Tokk..Tokk… (kembali mengetuk pintu, agak lebih keras) TOKK….
Tapi pintu tak dibuka. Ia kembali mengetuk pintu berkali-kali…
Petani : Tok..Tokk.Tokk…
(Tampak kesal, dan hendak menggedor pintu dengan marah, tetapi kemudian menyabarkan diri. Kemudian duduk di kursi di beranda rumahnya itu, sambil meletakkan tas dan semua bawaannya.)
Petani : Pasti istri saya lagi ke rumah Ibunya… Kalau lagi ngambek, dia memang suka begitu…, ngabur ke rumah Ibunya. Kesal, kata orang Jawa. Seolah-solah, kalau sudah Kesal begitu, jadi selesai masalahnya…
(Dari radio tetangga lamat-lamat terdengar lagu pop yang cengeng dinyanyikan mendayu, “Pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku…..”)
Petani : Wah, kok ya pas banget lagunya… Anda jangan salah sangka, kalau istri saya kabur karena saya ringan tangan. Percayalah, saya ini tergolong suami yang baik dan pengertian. Di panggung dan di keseharian, saya ini suami yang sholeh dan tauladan. Jadi saya paling pantang melakukan kekerasan. Pantang bagi saya melakukan KDRT….Sumpah, saya nggak suka KDRT.. Kalau KD.. Kris Dayanti, sih ya suka…
Sambil melepas sepatunya.
Petani : Maaf, kalau kalian saya ajak ngomong soal yang remeh-temeh begini. Mungkin kalian berharap saya akan ngomong soal politik atau hal-hal besar lainnya. Tapi saya bosen. Capek terus-terusan ngomongin soal politik. Dikritik tiap hari, sampai bibir saya dower pun, tetep saja nggak berubah. Tetap saja kemiskinan makin merata di mana-mana.
Petani : Huss..Huss…
Kucing itu masih mengeong…
Petani : Saya bukan penggemar kucing, tapi saya paham sedikit bahasa kucing. Itu bukang ngeong kucing yang sedang kasmaran. Itu kucing yang sedang keroncongan. Kucing memang selalu kelaparan.
(Terdengar ngeong kucing itu lagi…)
Petani: Ah, kalau itu sepertinya ngeong kucing birahi… Itu pasti kucing Miyabi…
(Kucing terus mengeong genit manja, dan menjauh…)
Petani : Gara-gara kucing itu saya sering bertengkar dengan istri. Tapi bukan lantaran kucing itu istri saya. Sebenarnya agak malu menceritakan ini. Hmmm, gimana ya mulainya. Soalnya agak nyerempet-nyerempet saru sih. Terus terang, mulut saya tidak terbiasa ngomongin yang saru-saru. Maklum, mulut turunan priyayi, jadi terbiasa ngomong yang halus-halus.
Eehhmm, begini. Sebenarnya ini biasa terjadi kok dalam kehidupan suami istri. Saya pinginnya tiga hari sekali. Sekali-kali bolehlah empat hari sekali. Itu kan wajar. Namanya saja kebutuhan Jasmani yang harus terpenuhi. Artinya saya masih suami yang normal. Mestinya istri saya senang, karna saya masih tetep kenceng setiap malem. Mestinya dia itu harus bersyukur, sebab setelah puluhan tahun menikah, saya masih tetap fit. Masih sehat. Tidak kena serangan jantung. Tidak diabet. Ibaratnya, setiap malam, saya selalu hangat, segar dan bertubi-tubi seperti prajurit yang siap menyerahkan jiwa raga untuk membela negara. Tidak ada kata bosan. Semuanya seakan yang pertama kali. Itu kan karunia yang harus disyukuri.
Tapi istri saya bilang, dua minggu sekali cukup. Orang lain bahkan ada yang sebulan sekali.
Ya begitulah, semalem akhirnya kami bertengkar lagi. Saya pingin. Tapi istri saya bilang, ini lagi bulan puasa. Bulan suci. Nggak boleh terlalu sering mikirin birahi.
Petani : Alhamdulillah….
(Ia mencari-cari kunci di sakunya. Jengkel karena tetap tidak menemukan kuci itu. Ia berdiri mendangi pintu. Manahan marah. Menggebarak pintu itu. Mencoba membuka paksa gagang kunci pintu itu.)
Bayangkan… Gimana nggak jengkel saya! Seharian saya dipanggang matahari. Kesal oleh lalu lintas yang makin brengsek. Motor bersliweran siap membunuh pejalan kaki yang meleng. Seharian saya keliling kota. Menahan jengkel. Menahan haus dahaga. Berusaha agar nggak batal puasa saya. Cepat-cepat pingin sampai rumah. Membayangkan teh kental manis panas sudah terhidang di meja… Tapi pintu terkunci begini. Gimana saya nggak jengkel.
(Terlihat makin sebal dan jengkel. Tapi kemudian seakan teringat sesuatu, dan buru-buru mencari kuci di beberapa tempat di beranda itu. Di balik kursi. Di bawah keset. Dan kahirnya menemukan kunci itu ada di sebuah pot bunga.)
Petani : Ahh, kenapa sampai lupa, kalau istri saya selalu ninggalin kunci di sini…
(Bergegas membuka pintu. Lalu terburu masuk, sembari membawa tas dan semua belanjaannya.
setelah Petani masuk rumah tiba2 terdengar suara ketukan pintu yang sangat kencang, ternyata ketukan itu dari Tuan Tanah yang mau merampas tanah petani)
Petani : gan ada apa ke rumah saya?
Tuan tanah : Kapan kau bayar utangmu !!
Petani : saya masih belum panen, karena beberapa hari lagi panen
Tuan tanah: Apa !! Kau sudah berutang banyak padaku, mulai dari pupuk, bibit dan insektisida, hutangmu sudah terlalu banyak, jika kau menjual tanahmu, maka ku anggap lunas semuanya, kau juga belum membanyar bunga pinjaman yang kau pinjam
Petani : iya gan bentar lagi panen !! saya akan berusaha membanyar semua utang sama kepada anda juragan !
Tuan tanah : setelah kau menjual tanahmu kepadaku, tanah itu akan ku jadikan pabrik dan kau akan ku pekerjakan di pabrik itu !
Petani : tetap pada pendirian saya tidak mau menjual tanah itu karena tanah itu menjadi mata penjaharian saya sehari-hari !
Tuan tanah : kau masih ngeyel yah !! ku beri waktu sampai panen untuk kau melunasi hutang2mu, jika kau tidak melunasi, terpaksa saya ambil paksa tanahmu !
(setelah juragan dan petani berbincang sang istri petani pun datang)
Istri : mas kok mukanya muram gitu sh??
Petani: iyaa.. tadi juragan kesini, kita dikasih waktu sampai kita panen, untuk melunasi hutang2 kita, jika kita tidak membanyar hutang, tanah kita dirampas juragan.
Istri : baiklah mas , kita berdua berusaha melunasi hutang kita.
(setelah 1 minggu keluarga petani belum mendapatkan uang, akhirnya juragan itu kembali lagi untuk menagih janji)
Tuan Tanah : Tokk.Tokk.Tokk BUKA BUKA BUKA!!
Petani : iya gan.. ada apa??
Tuan tanah :mana janjimu?? Ini sudah jatuh tempo !
Petani : saya belum dapet uang gan ?
Tuan Tanah : Bangsatt ! (sambil memukul), dierrr, dukk, brakk, brukk
Istri : ampuni suami saya gan…
Petani : ampuni saya gan, saya tidak ada uang, panen saya gagal gan. Ampun gan…
Tuan tanah : sesuai dengan perjanjian !
(petani pun diseret oleh tuan tanah, untuk mengambil surat tanah milik petani, setelah itu tuan tanah pulang membawa sertifikat tanah)
(akhirnya tuan tanah bahagia, melihat tanah yang di impikannya menjadi miliknya)
Baca juga : Perampasan Tanah Petani Karawang: Solidaritas makin Meluas
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
ReplyDeletehanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^